Ilustrasi
Ilustrasi (sumber: Antara)
Karakter pendidikan Pancasila terlalu formalistik dan tidak menarik.
Hal itu dikatakan Bambang Wisudo dari Sekolah Tanpa Batas. Ia mengatakan pendidikan Pancasila selalu dimanfaatkan untuk kepentingan dan tafsir penguasa.
"Setelah Orba, pendidikan Pancasila kehilangan gaungnya. Kurikulum 2004 bahkan menghilangkan kata ‘Pancasila' menjadi PKn. Perubahan itu tidak signifikan mengubah karakter pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan yang bias kekuasaan, menonjolkan tafsir rezim berkuasa, tidak menarik, dan formalistik," kata Bambang di Jakarta, Kamis (31/5).
Pelajaran tentang Pancasila berubah dari rezim ke rezim, yakni tahun 1957 bernama Pendidikan Kewarganegaraan, tahun 1961 menjadi Civics, tahun 1975 menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP), tahun 1994 berubah lagi menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), dan terakhir tahun 2004 menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).