Sabtu, 02 Juni 2012

Pemasaran Politik Taktik Baru Menangkan Pilkada

BAROMETER RAKYAT NEWS: PARADIGMA lama memenangkan pertarungan kekuasaan politik, terutama pemilu selama orde baru dengan pola represif sudah ketinggalan zaman. Perubahan sistem politik membuka peluang hadirnya cukup banyak partai politik.Jumlah partai yang beragam, secara langsung berimplikasi pada taktik dan strategi untuk memenangkan perebutan kekuasaan politik. Partai politik yang mengandalkan kekuatan dan represif sudah tidak akan dilirik oleh pemilih.
Keterbukaan dan pilihan referensi informasi yang cukup gencar, memberi banyak pilihan bagi pemilih menentukan sikap dan pilihan-pilihan politiknya. Kompetisi partai politik meraih dukungan dan simpati pemilih juga sangat seru. Pola dan stretegi yang dilakukan termasuk mencoba gunakan pendekatan baru dengan pemasaran politik (marketing politik).
Pendekatan ini termasuk hal yang baru, tetapi partai politik atau pihak yang menggunakan pola pemasaran politik, secara realitas mampu meraih dukungan maksimal dan signifikan. Pendekatan marketing politik menawarkan kepada para politisi untuk secara efektif menyusun produk politik, segmentasi politik, positioning politik, dan komunikasi politik.
Pemasaran politik mengacu pada konsep pemasaran yang sudah cukup klasik yakni pola pendekatan 4 PS (Produk, Promosi, Price, Place, dan Segment). Menganut pola ini bagi parpol dan pihak yang menerapkannya bakal mampu meraup dukungan yang cukup besar dan luar biasa.

Produk dalam pemasaran politik tercakup di dalamnya, platform partai, masa lalu, dan karakteristik personal. Promosi yakni iklan politik, publikasi, dan even debat publik. Harga politik termasuk di dalamnya, biaya ekonomi, biaya psikologis serta efek image nasional. Sedangkan unsur tempat yakni program marketing, personal, program, dan valunteer.
Faktor segmen dan pemetaan pemilih juga menjadi indikator penting memenangkan pertarungan. Pemetaan pemilih sangat perlu dipahami dan diketahui, karena masing-masing lapisan pemilih berbeda cara pandang dan memberi solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Selain segmen, parpol dan kandidat presiden, gubernur, bupati, atau walikota juga harus membangun image dan kesan kepada pemilih. Proses pembentukan image dalam dunia bisnis, kurang lebih sama ketika partai politik atau sosok calon pemimpin politik ingin memenangkan pertarungan di panggung politik.
Image bagi parpol dan individu merupakan salah satu strategi untuk melihat kesan dan citra yang melekat pada orang. Kemampuan membangun image dalam kurun waktu panjang, akan memberi banyak manfaat kepada parpol atau individu ketika bertarung memperebutkan dukungan politik dalam pilkada atau pemilu.
Ketika partai politik dan kandidat calon presiden ikut bertarung dalam Pemilu 2004 dengan sistem langsung, ada yang melirik pemasaran politik sebagai salah satu strategi guna meraih dukungan pemilih. Pola baru itu kelihatan mendapat respons positif dari masyarakat.
Tim sukses dari parpol dan kandidat meletakkan jualan politik pada kacamata bisnis, hasilnya menunjukkan parpol dan sosok yang melakukan pemasaran politik itu meraih dukungan sangat signifikan, dan malah memenangkan pertarungan politik tersebut.
Pemasaran politik dituntut para tim sukses untuk mampu membaca tren dan kecenderungan pasar politik. Para tim sukses harus paham dan mengerti apa sebenarnya keinginan dan impian dari pemilih. Jika mampu terbaca dan menjawab keinginan itu, maka dukungan secara maksimal akan dengan mudah dapat tercapai.
“Kontribusi pemasaran politik terletak pada strategi untuk dapat memahami dan menganalisis apa yang diinginkan dan dibutuhkan para pemilih.” (hal 199).
Pilkada pada tingkat gubernur, bupati atau walikota, selama masa kampanye atau persiapan menghadapi hari pencoblosan. Strategi pemasaran politik menjadi salah satu kebutuhan dan menjadi faktor sangat menentukan.
Kandidat biasanya menyewa lembaga konsultan politik yang banyak memberi solusi dan advokasi terhadap semua tahapan pilkada. Terutama membangun image dan pencitraan di tengah publik. Figur yang mampu memainkan aspirasi dan keinginan pemilih dengan pola pendekatan pemasaran politik akan lebih memudahkan meraih dukungan yang cukup signifikan.
Realitas politik selama proses pilkada termasuk di Sulsel menunjukkan para calon yang menganut pola pemasaran politik dengan pendekatan 4 PS, dominan mampu meraih dukungan cukup signifikan dan memenangkan pertarungan politik.
Buku ini juga secara gamblang membahas tentang perilaku pemilih yang kadang sulit ditebak kemana arahnya.
“Ketertarikan pemilih kepada konstestan dapat dijelaskan dengan menggunakan model kedekatan (proximity) dan model spatial– pemilih cenderung memberikan suaranya kepada parpol atau seorang konstestan yang dianggap memiliki kesamaan, serta kedekatan sistem nilai dan keyakinan.” hal (115).
Seorang akan memilih partai atau seorang calon sepanjang memiliki kesamaan dalam cara memecahkan masalah serta kesamaan dalam paham dan nilai dasar ideologi. Bagi kandidat calon gubernur, walikota atau bupati yang akan bertarung dalam pilkada, sebaiknya memahami pola baru pendekatan pemilih dengan melihat dari sudut pemasaran politik.
Globalisasi dan perubahan yang luar biasa dalam tatanan kehidupan dan sistem politik, menjadikan pemasaran politik dilihat dari aspek pendekatan pemasaran bisnis. Taktik dan strategi dalam dunia bisnis itu ternyata pada penerapan di dunia politik terutama untuk meraih dukungan maksimal termasuk cukup menentukan.
Para calon petarung politik yang akan maju bersaing dalam pilkada, tidak ada salahnya membaca buku ini sebagai bahan masukan dan bandingan menentukan strategi memenangkan pertarungan di daerah masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar