Memprediksikan
Pilgub DKI akan berjalan satu putaran, saya kira terlalu sembrono.
Terus terang saya mencurigai hasil survei yang dirilis oleh Lingkaran
Survei Indonesia. Pada Pilgub kali ini, justru Foke akan banyak mendapat
persaingan yang ketat dari kandidat-kandidat lain. Jangankan
memenangkan Pilgub dalam satu putaran, bisa masuk dalam urutan kedua dan
masuk dalam putaran kedua saja saya nilai sudah sangat lumayan buat
Foke. Kekuatan Foke pada pilkada kali ini sudah jauh menurun. Indikasi
yang paling nyata adalah ketidakmampuan Foke untuk memborong dukungan
dari partai-partai seperti pada Pilbug DKI 2007 lalu. Padahal, saat ini
Foke duduk sebagai incumbent. Sebuah prestasi yang buruk untuk seorang
incumbent.
Saya justru melihat pasangan calon dari PKS memiliki peluang
yang cukup besar dalam memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2012 ini. Asalkan mereka
bisa belajar dari kekalahan Pilgub sebelumnya dan bisa meramu strategi kampanye
dengan jitu. Bila tidak, mereka akan menelan kembali kekalahan.
Membicarakan percaturan pilkada Jakarta tidak bisa lepas dari
membicarakan peta elemen kekuatan politik di Jakarta. Salah satu elemen politik
yang cukup dominan yang akan bertarung adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS
merupakan partai kedua terbanyak setelah partai Demokrat dalam meraih kursi
DPRD. Dari 94 kursi DPRD DKI, Demokrat meraih 32 kursi, PKS 18
kursi, PDIP 11 kursi, Golkar 7 kursi, PPP 7 kursi, Gerindra 6 kursi, PAN 4
kursi, PDS 4 kursi, Hanura 4 kursi, dan PKB 1 kursi. Sedangkan syarat partai
bisa mengusung calon dalam Pilkada DKI adalah memiliki minimal 15 kursi. Dengan
demikian hanya partai Demokrat dan PKS yang bisa mengusung pasangan calon tanpa
harus berkoalisi dengan partai lain.
Jumlah
Kursi di DPRD DKI Jakarta 2009-2014
No
|
Partai
Politik
|
Jumlah
Kursi
|
1
|
DEMOKRAT
|
32
|
2
|
PKS
|
18
|
3
|
PDIP
|
11
|
4
|
GOLKAR
|
7
|
5
|
PPP
|
7
|
6
|
GERINDRA
|
6
|
7
|
PAN
|
4
|
8
|
PDS
|
4
|
9
|
HANURA
|
4
|
10
|
PKB
|
1
|
TOTAL
|
94
|
Pertanyaannya, bagaimana peluang pasangan calon dari PKS pada
Pilkada DKI kali ini. Jika kita menengok ke belakang pada Pilkada 2007,
pasangan dari PKS yaitu Adang-Dani dikalahkan oleh pasangan Foke-Prijanto yang
didukung oleh koalisi besar partai. Pada saat itu terjadi persaingan
head-to-head antara pasangan PKS dengan pasangan dari koalisi partai. Dengan
kata lain, pada saat itu, PKS yang sendirian dikeroyok oleh koalisi banyak
partai. Pasangan Foke-Prianto memperoleh 57,87 persen
suara, sedangkan pasangan Adang-Dani hanya memperoleh 42,13 persen suara.
Namun Pilkada DKI 2012 sekarang sudah jauh berbeda
kondisinya. Pilkada
gubernur DKI Jakarta yang rencana akan digelar pada tanggal 11 Juli 2012, saat
ini sudah muncul 6 pasangan calon yang siap bertarung. Empat pasangan berasal
dari partai politik dan 2 psangan dari jalur independen. Dari kalangan partai
politik, pertama, adalah pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono
yang diusung oleh koalisi partai Golkar, PPP dan PDS. Kedua, pasangan Joko
Widodo-Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) yang diusung oleh koalisi PDIP dan
Gerindra. Ketiga, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang diusung oleh koalisi
partai Demokrat, PAN, PDS, Hanura, dan PKB. Keempat, pasangan Hidayat Nur
Wahid-Didik J. Rachbini yang diusung oleh PKS. Dari jalur independen, pertama, pasangan
Faisal Basri-Biem Benyamin. Kedua, pasangan Hendardji Supandji-Ahmad Riza
Patria.
Dalam konteks nasional, PKS adalah partai papan tengah. Namun
di beberapa daerah PKS mampu memenangkan Pilkada. PKS juga merupakan partai
yang memiliki konstituen yang memiliki perilaku memilih yang unik. Berdasarkan
pengalaman pilkada di beberapa daerah, ada lima kondisi atau prasyarat bilamana
calon dari PKS mampu memenangkan Pilkada.
Pertama, calon
PKS memiliki peluang menang bila Pilkada diikuti oleh banyak calon.
Semakin banyak jumlah calon maka semakin besar peluang kader PKS memenangkan suatu Pilkada. Mengapa? Karena dengan semakin banyak calon maka pemilih akan terbagi ke banyak calon. Sementara suara konsituen PKS akan tetap utuh dan solid pada calonnya sendiri. Bila pada Pilkada Gubernur DKI 2007 lalu, terdapat tiga pasangan calon atau lebih, saya tidak yakin pasangan Foke-Prijanto akan langsung menang. Bisa dibayangkan suara Foke-Prijanto pasti akan tergerus oleh pasangan lainnya dan suara Adang-Dani tetap utuh. Kondisi Pilkada 2012 akan diikuti oleh banyak calon. Hal ini merupakan sebuah peluang bagi pasangan calon dari PKS.
Semakin banyak jumlah calon maka semakin besar peluang kader PKS memenangkan suatu Pilkada. Mengapa? Karena dengan semakin banyak calon maka pemilih akan terbagi ke banyak calon. Sementara suara konsituen PKS akan tetap utuh dan solid pada calonnya sendiri. Bila pada Pilkada Gubernur DKI 2007 lalu, terdapat tiga pasangan calon atau lebih, saya tidak yakin pasangan Foke-Prijanto akan langsung menang. Bisa dibayangkan suara Foke-Prijanto pasti akan tergerus oleh pasangan lainnya dan suara Adang-Dani tetap utuh. Kondisi Pilkada 2012 akan diikuti oleh banyak calon. Hal ini merupakan sebuah peluang bagi pasangan calon dari PKS.
Kedua, calon PKS
memiliki peluang menang bila PKS mencalonkan kadernya sendiri pada posisi kosong
satu. Artinya peluang calon PKS akan lebih besar bila calon PKS ditempatkan
pada posisi gubernur atau bupati, bukan sebagai wakil gubernur atau wakil
bupati. Mengapa, sebab mesin partai PKS akan berjalan efektif dan militansi
kader tetap kuat. Sebaliknya, bila calon PKS hanya ditempatkan di posisi kosong
dua atau partai hanya dijadikan “perahu”, kader PKS di lapangan akan bekerja setengah hati. Dan tentunya
mesin partai tidak akan berjalan
efektif. Suara kader PKS juga akan “jalan di tempat”. Kondisi Pilkada Gubernur
DKI saat ini merupakan peluang bagi PKS karena mencalonkan Hidayat Nur Wahid
pada posisi kosong satu. Mesin PKS diprediksi akan berjalan dan suara kader di
bawah akan secara penuh mendukung.
Ketiga, calon PKS
akan memiliki peluang menang bila berpasangan dengan kandidat yang populer.
Mengapa? Sebab bila
PKS mampu berkoalisi dengan partai lain dan mendapatkan pasangan yang populer
maka suara dukungan calon PKS akan meningkat secara signifikan. Di satu sisi
PKS mendulang suara dari kader secara utuh, disisi lain PKS mendapat dukungan
dari massa mengambang dan konstituen partai lain. Hasil Pilgub Jawa Barat bisa
menggambarkan kondisi ini. Sulit dibayangkan Ahmad Heryawan akan bisa duduk
sebagai gubernur Jawa Barat bila pada saat itu tidak berpasangan dengan Dede
Yusuf. Kondisi Pilgub DKI saat ini tampaknya tidak mendukung pasangan calon
PKS. Didik J.Rabini bukanlah tokoh populer yang bisa mendongkrak suara dari
massa mengambang dan konstituen dari partai lain.
Keempat, calon
PKS memiliki peluang menang bila tingkat partisipasi pemilih Pilkada sangat
rendah. Semakin tinggi tingkat golput semakin besar peluang menang calon PKS. Seperti kita ketahui bahwa PKS adalah
partai kader yang sepenuhnya mengandalkan suara kader. PKS bukan partai popular
yang mengandalkan suara dari pemilih mengambang. Oleh sebab itu, bila tingkat
partisipasi pemilih rendah, maka akan bisa dipastikan bahwa yang golput adalah
pemilih dari konstituen partai lain. Yang nota bene akan mengurangi suara dari kandidat-kandidat
non PKS. Sementara suara PKS akan tetap solid.
Kelima, calon PKS memiliki peluang menang
bila cuaca pada hari H Pilkada kurang bersahabat. Yang dimaksud dengan cuaca
yang kurang bersahabat adalah misalnya pada hari H pencoblosan turun hujan
deras. Mengapa? Sebab bila pada hari H pilkada turun hujan deras maka akan
mempengaruhi tingkat partispasi pemilih. Pemilih perkotaan akan cenderung malas
pergi ke TPS bila hujan turun. Demikian juga konstituen dari partai politik
lainya yang tingkat militansinya rendah, mereka akan lebih suka tinggal di
rumah dan nonton televisi. Sementara kader PKS akan tetap menerjang hujan pergi
ke TPS untuk mencoblos. Dengan demikian, suara calon PKS tetap utuh, sementara
suara calon lain akan banyak terkoreksi.
Dari lima kondisi atau prasyarat
tersebut, dua kondisi (nomer satu dan dua) menguntungkan PKS dalam Pilgub DKI
saat ini. Prasyarat nomer tiga tidak mengutungkan PKS. Prayarat nomer empat belum
bisa diketahui karena kita harus menungu pada hari H pencoblosan. Prasyarat
nomer lima, kita serahkan saja kepada alam dan Tuhan dalam menggunakan hak
suaranya pada Pilgub nanti.
Dendi Susianto
Direktur LKPI
0 komentar:
Posting Komentar