Pada Minggu lalu KPI mengeluarkan teguran kepada ustad selebritas Sholahudin Mahmoed (Solmed) karena membicarakan hubungan seks secara eksplisit dalam tayangan talk show "Akhirnya Aku Tahu" episode 15 Juli di Global TV.
BAROMETER RAKYAT NEWS: Majelis Ulama Indonesia (MUI) prihatin atas kurangnya kompetensi sebagian ulama yang tampil dalam program Ramadan di televisi. Pasalnya, para ulama dianggap tidak bisa memberikan keteladanan sebagai juru dakwah kepada publik.
"MUI prihatin bahwa sebagian penceramah agama justru larut dalam skenario komedi yang berkembang dalam sebuah program," kata Sinansari Ecip, dari Komisi Informasi dan Komunikasi MUI, dalam jumpa pers hasil pantauan terhadap tayangan televisi selama Ramadan di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (6/8).
Sinansari memberikan contoh bahwa ada ustad yang justru ikut berjoget bersama secara berlebihan dalam sebuah acara di di Trans TV. Contoh lainnya adalah dai yang dianggap gegabah menyampaikan riwayat keagamaan dengan akurasi rendah.
Menurutnya, pemilihan ustad berdasarkan kompetensi dan integritas yang jelas, diperlukan agar kualitas dan validitas materi keagamaan serta keteladanan sang juru dakwah bisa dipertanggngjawabkan.

Karena itu, MUI mendorong pengelola televisi untuk mengutamakan kompetensi dan integritas seseorang, ketimbang selebritas dalam memilih penceramah agama.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring memberikan dukungannya agar stasiun televisi lebih cermat dalam memilih ustad yang akan ditampilkan dalam program tayangan Ramadan.

"Ustad itu juga macam-macam kualitasnya," ujar Tifatul.

Sebelumnya, pada Minggu lalu KPI mengeluarkan teguran kepada ustad selebritas Sholahudin Mahmoed (Solmed) karena membicarakan hubungan seks secara eksplisit dalam tayangan talk show "Akhirnya Aku Tahu" episode 15 Juli di Global TV..''(din/jar)

MUI Serukan Boikot Program Ramadan Sarat Pelecehan

Program seperti itu sejatinya hanya membajak momentum Ramadan.
BAROMETER RAKYAT NEWS: Prihatin dengan tayangan program televisi Ramadan yang penuh dengan adegan dan dialog yang melecehkan sesama dan maki-makian, terutama dalam program komedi, MUI mengajak masyarakat untuk memboikot tayangan serupa itu.

MUI menganggap, tindakan serupa itu telah menyalahgunakan momentum bulan suci ini. “MUI menyerukan kepada masyarakat untuk memboikot program atas nama Ramadan, yang muatannya jauh dari semangat Ramadan dan dipenuhi oleh ungkapan kasar dan makian,” ujar Sinansari Ecip, dari Komisi Informasi dan Komunikasi MUI, dalam jumpa pers hasil pantauan terhadap tayangan televisi selama Ramadan ini di Kementerian Komunikasi dan Informatika, hari ini.

Diingatkan Sinansari, program seperti itu sejatinya hanya membajak momentum Ramadan. Dan hal itu, kata dia, terus berulang dari tahun-tahun.

Ironisnya lagi, Sinansari mengungkapkan, sebagian tokoh agama yang tampil justru larut dalam aroma komedi pelecehan tersebut. "Ini bisa jadi karena untuk menarik rating dan audience share yang tinggi,” ujarnya.''(din/jar)