Jumat, 27 Juli 2012 | 15:32
"Memang saya dengar yang bersangkutan (Hari) sudah terima ganti rugi."
Ical, begitu Aburizal kerap disapa, selama ini dituding sebagai pihak yang harusnya bertanggungjawab atas semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo pada tahun 2006 silam. Sementara Hari adalah lelaki berusia 44 tahun korban lumpur Lapindo, yang melakukan aksi protes secara radikal dengan berjalan kaki dari Sidoarjo ke Jakarta untuk menuntut pembayaran ganti rugi aset korban dibayar tuntas.
Nyatanya, sikap Hari secara tiba-tiba berubah 180 derajat, saat tampil di TVone, TV milik Ical, pada Rabu (25/7), dengan mengatakan bahwa dia menyesalkan aksinya sendiri. Laki-laki itu bahkan mengungkapkan kepercayaannya kepada keluarga Bakrie yang menurutnya bisa menyelesaikan masalah "lumpur Sidoarjo". Hari memang tidak lagi menyebutnya lumpur Lapindo, tetapi lumpur Sidoarjo.
"Apapun itu salah satu penghambat Pak Ical sebagai calon presiden, karena Jawa Timur itu salah satu suara terbesar. Apalagi kalau Pak Jusuf Kalla nyapres (jadi calon presiden) juga," kata Ruhut Sitompul, Ketua Departemen Komunikasi dan Informasi Partai Demokrat, memberikan pandangannya ketika dihubungi wartawan, Kamis (26/7).
Menurut Ruhut pula, wajar jika Hari Suwandi justru sekarang meminta maaf kepada keluarga Bakrie. Hal tersebut menurutnya tak bisa dipisahkan dengan kondisi politik saat ini.
"Dalam kehidupan, kita tidak bisa dipisahkan dari politik, dan yang lagi dimainkan oleh pejuang Lapindo itu bahwa dia adalah korban politik," imbuh Ruhut, terkait bergantinya sikap Hari dalam tayangan TV semalam itu.
"Memang saya dengar yang bersangkutan (Hari) sudah terima ganti rugi. Jadi ibarat dia menjilat ludahnya sendiri," kata Ruhut pula.''(din/jar)
BAROMETER RAKYAT NEWS: Politikus Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, mengatakan bahwa perubahan sikap drastis korban lumpur Lapindo, Hari Suwandi, terhadap Aburizal Bakrie, mungkin berhubungan dengan upaya Aburizal yang berusaha mengamankan namanya sebagai calon presiden (capres).
Ical, begitu Aburizal kerap disapa, selama ini dituding sebagai pihak yang harusnya bertanggungjawab atas semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo pada tahun 2006 silam. Sementara Hari adalah lelaki berusia 44 tahun korban lumpur Lapindo, yang melakukan aksi protes secara radikal dengan berjalan kaki dari Sidoarjo ke Jakarta untuk menuntut pembayaran ganti rugi aset korban dibayar tuntas.
Nyatanya, sikap Hari secara tiba-tiba berubah 180 derajat, saat tampil di TVone, TV milik Ical, pada Rabu (25/7), dengan mengatakan bahwa dia menyesalkan aksinya sendiri. Laki-laki itu bahkan mengungkapkan kepercayaannya kepada keluarga Bakrie yang menurutnya bisa menyelesaikan masalah "lumpur Sidoarjo". Hari memang tidak lagi menyebutnya lumpur Lapindo, tetapi lumpur Sidoarjo.
"Apapun itu salah satu penghambat Pak Ical sebagai calon presiden, karena Jawa Timur itu salah satu suara terbesar. Apalagi kalau Pak Jusuf Kalla nyapres (jadi calon presiden) juga," kata Ruhut Sitompul, Ketua Departemen Komunikasi dan Informasi Partai Demokrat, memberikan pandangannya ketika dihubungi wartawan, Kamis (26/7).
Menurut Ruhut pula, wajar jika Hari Suwandi justru sekarang meminta maaf kepada keluarga Bakrie. Hal tersebut menurutnya tak bisa dipisahkan dengan kondisi politik saat ini.
"Dalam kehidupan, kita tidak bisa dipisahkan dari politik, dan yang lagi dimainkan oleh pejuang Lapindo itu bahwa dia adalah korban politik," imbuh Ruhut, terkait bergantinya sikap Hari dalam tayangan TV semalam itu.
"Memang saya dengar yang bersangkutan (Hari) sudah terima ganti rugi. Jadi ibarat dia menjilat ludahnya sendiri," kata Ruhut pula.''(din/jar)
0 komentar:
Posting Komentar