Senin, 28 Mei 2012

Perempuan sebagai alma mater Oleh : Direktur Survei Dan Real Quick Count {IPI} Indeks Politica Indonesia Dan Latin Institute {LI} A. Sri Wulandani T.

PEREMPUAN SEBAGAI ALMA MATER..!!!!!
            Dewasa ini, fenomena remaja yang terjebak pada arus modernisasi membuat mereka kehilangan makna diri yang sesungguhnya. Tampilan yang ada hanyalah artifisial-artifisial belaka. Faktor eksternal lebih dipercaya daripada faktor internal dirinya. Sistem dan trend modernisasi lebih dimaklumkan daripada keyakinan-keyakinan dari orangtuanya.
            Modernisasi sebagai efek globalisasi telah membawa nilai-nilainya sendiri dan masuk ke Indonesia. Melalui media, trend modernisasi menghegemoni gaya hidup masyarakat. Mengaburkan batasan keinginan dan kebutuhan.Dan yang paling terkena imbas dan pengaruhnya adalah anak-anak kita. Bagaimanapun juga, lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap watak dan karakter manusia, terkecuali telah ada pendidikan dasar dini yang ditanamkan kepada para remaja kita di keluarganya yang dilakukan oleh orangtua, khususnya ibu.
            Kaburnya batas nilai yang baik dan buruk telah merapuhkan pegangan kebenaran seorang remaja yang mana merupakan seorang manusia yang sementara bertumbuh. Kriminalitas, budaya bebas, dan kemalasan merupakan efek dari pudarnya pemahaman hakikat nilai yang luhur, dimana nilai-nilai luhur tersebut dipegang erat oleh orangtua kita. Sebagai masyarakat timur, kita memiliki adat da nilai yang kuat yang mengedepankan budaya malu dan tanggungjawab serta nilai
luhur lainnya.
            Apakah ini karena rapuhnya metode pendidikan orangtua atau karena pengaruh sistem yang terlalu dominan atau karena kerjasama antara keduanya? Tentunya sebagai perempuan yang menjadi pilar negara, harus jeli melihat ini dan menjadi pelopor menuju perubahan. Revolusi paling signifikan yang dapat dilakukan oleh perempuan dalam mencetak kulaitas manusia adalah menjadi seorang ibu.
            Revolusi peran perempuan menjadi seorang ibu adalah hal yang paling indah sekaligus merupakan anugerah bagi perempuan, karena di samping secara biologis perempuan telah melahirkan seorang anak, perempuan juga mengemban amanah yang sangat mulia yaitu mendidik seorang manusia. Keutamaan perempuan adalah karena manusia telah dididiknya sejak dalam kandungan atau di dalam rahim, yang mana.rahim adalah keistimewaan perempuan yang diberikan oleh Allah SWT.
            Sebagai seorang ibu, perempuan memiliki kesempatan emas untuk membentuk seorang manusia sebaik-baiknya. Secara biologis, psikis, dan spiritual, perempuan memiliki peran besar membentuk seorang manusia. Ibu memiliki peran yang paling besar sejak seorang anak dalam rahim hingga terlahir ke dunia. Inilah peran dan fungsi seorang ibu sebagai alma mater.
Alma mater, dari bahasa Yunani Kuno, mengandung arti ibu yang memberikan ilmu. Selama ini alma mater lebih dilekatkan pada simbol-simbol institusi pendidikan tinggi, semisal universitas dan sekolah-sekolah tinggi lainnya. Pemaknaan yang lebih luas memberikan kita pemahaman bahwa alma mater tidak hanya sesempit simbol-simbol institusi pendidikan tinggi semata.
Ibu sebagai alma mater  memberikan kita pemahaman bahwa alma mater sejati adalah seorang ibu. Ketika di dalam kandungan, segala hal yang dilakukan ibu, tentu akan berpengaruh terhadap bayinya, apalagi ketika seorang anak telah lahir. Pendidikan sejak dini terhadap anak dilakukan ibu dengan cara komunikasi. Melalui komunikasi yang baik, anak akan terbentuk menjadi pribadi yang sehat.
Sejak dalam kandungan, apalagi ketika anak telah lahir, anak wajib dibiasakan mendengarkan kata-kata dan kalimat-kalimat yang baik, karena segala pernyataan yang diucapkan oleh ibu akan tertanam kuat di memori anak. Ketika masih bayi, mungkin kita berpikir anak belum mengetahui apa-apa, ini adalah pemahaman yang keliru, karena sesungguhnya bayi telah menyimpan segala hal yang dibiasakan ibunya.
Seorang anak yang telah tumbuh, hingga beranjak remaja, akan mudah meneladani hal-hal yang ditunjukkan oleh orangtuanya daripada hal-hal yang diucapkan oleh orangtuanya. Ini berarti orangtua, terlebih kepada ibu yang memiliki banyak waktu luang bersama anaknya, harus melakukan apa yang diucapkan dan mengucapkan apa yang dilakukan. Tidak mendidik anak dengan kebohongan.
Mendidik anak dengan prinsip dan nilai-nilai kebenaran akan membentuk seorang anak yang beretika dan berbudi pekerti. Ini juga akan mengajarkan anak secara tidak langsung akan tanggung jawab sebagai konsekuensi kedisiplinan dalam menganut nilai yang telah ditanamkan ibunya. Beranjak dewasa anak akan terbentuk menjadi pribadi yang kuat dan berkarakter tangguh di segala zaman.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memanusiakan manusia. Untuk itu, peran ibu sangat besar di samping peran guru di sekolahnya. Ibu adalah guru di rumah bagi anak dan guru adalah ibu di sekolah bagi anak. Sehingga tujuan dari pendidikan sebenarnya sinergis yaitu membangun kualitas manusia. Untuk itu sistem pendidikan humanis adalah sebuah keniscayaan, baik di rumah maupun di sekolah-sekolah formal.
Dalam Buku Sekolahnya Manusia, karya Munif Chatib, dikatakan bahwa kecerdasan seseorang tidak mungkin dibatasi oleh indikator-indikator yang ada dalam achievement test (tes formal). Sebab setelah diteliti, ternyata kecerdasan seseorang itu selalu berkembang (dinamis), tidak statis. Tes yang dilakukan untuk menilai kecerdasan seseorang, praktis hanya menilai kecerdasan pada saat itu, tidak untuk satu bulan lagi, apalagi sepuluh tahun lagi. Menurut Dr. Howard Gardner, kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang. Padahal  kebiasaan adalah perilaku yang diulang-ulang.
Kebiasaan atau perilaku yang diulang-ulang yang dilakukan seorang anak tentunya diadopsinya dari orangtua dan lingkungannya. Oleh karena itu, ibu dan orangtua pada umumnya wajib mendidik anak dengan kebiasaan-kebiasaan baik dan sehat bagi mental anak. Sebab anak yang tumbuh dengan didikan yang baik akan memiliki keyakinan bahwa hidup ini indah dan membuatnya semangat untuk hidup,sedangkan anak yang dididik dengan dididikan yang tidak baik akan tumbuh dengan keyakinan yang buruk bahwa hidup ini hanyalah rintangan yang begitu berat.
Dengan didikan yang baik dari ibu, maka dimanapun anak berada akan mampu menyaring apa yang benar, apa yang salah, apa yang baik, apa yang buruk. Serta menjadi pribadi yang cerdas. Sesungguhnya pribadi yang cerdas bukanlah pribadi yang membuat otaknya seperti ensiklopedia, tempat hafalan segala sesuatunya. Tetapi, pribadi yang cerdas adalah pribadi yang mampu membawa otaknya ke hal-hal yang baik. Bahwa kecakapan sikap mental adalah 90% kecerdasan. Betapa sikap itu penting, yaitu bagaimana menyikapi apa-apa yang ada di luar diri denga baik
Pendidikan adalah sesuatu yang sederhana tapi signifikan.

0 komentar:

Posting Komentar